Kamis, 16 Juni 2016

Menunggu

#30HariMenulis
-enambelas-

“Sudah tiga jam.”
“Sabarlah.“
“Salahku. Ini salahku. Kalau aja….”
“Jangan berandai-andai. “
“Dia pasti kesepian.”
“Dia tahu kita ada disisinya.”
“Dia pasti kesakitan.”
“Dia sedang berjuang.”
“Kalau saja aku tahu dari awal…”
“Siapa yang menyangka hal seperti ini bisa terjadi padanya?”
“Tapi aku harusnya lebih peka! Kasihan dia, selama ini menderita. Sementara aku?”
“Bisa diem nggak sih? Kalau kamu ngoceh nggak jelas terus mending pulang sana! Kamu sama sekali nggak bantu dia. Kamu pikir dia bakal seneng denger semua yang kamu bilang barusan? Nggak! Dia nggak butuh semua itu.”
Untuk sesaat, keduanya terdiam.
“Berdoa. Hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang untuknya.”
“Maaf. Kamu bener. Harusnya aku nggak kayak gini. Maafin Mama, Nak.”
“Aku mengerti. Aku juga sama sakitnya sepertimu. Tapi kalau kita nggak kuat, gimana Daffa bisa kuat lewatin ini semua?”
“Papa benar.”
Pintu di hadapan mereka terbuka, seorang pria paruh baya muncul dengan wajah kelelahan.

“Alhamdulillah,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar