-Kelima-
"Jasad Janin Bayi Ditemukan di Pengelolaan Limbah Pejaten Village", begitu judul yang saya temukan sewaktu mencari berita untuk tulisan kelima ini. Sebuah artikel yang jauh lebih membuat saya geleng-geleng kepala dibanding naiknya tarif dasar listrik atau melonjaknya harga sembako menjelang Ramadhan yang (sebenarnya) sudah terprediksi dari jauh-jauh hari.
Well, what's new? Lagi-lagi berita yang sama berulang dengan pemeran dan latar yang berbeda. Tapi justru karena itulah saya tambah nggak habis pikir. Bagaimana bisa... Bagaimana bisa janin yang dikandung, dan bayi yang dilahirkan sendiri dibuang begitu saja seperti seonggok sampah yang tak berharga? Apalagi bayi yang baru lahir, makhluk ajaib yang hidup, masih rapuh dan tak punya dosa. Apa salah mereka? Yang salah itu kan perbuatan orangtuanya. Parahnya lagi, berita semacam ini sudah cukup sering mengisi slot tayang acara berita kriminal di televisi. Aborsi, pembuangan janin, bayi, besok-besok apa lagi? Mau buang harga diri? Harga diri yang mana? Sabar... sabar. Begini ya mbak-mbak, mas-mas, ibu-ibu, bapak-bapak, serta adek-adek gemes (yang saking gemesnya pengen saya ketrokin satu-satu), siapapun diluar sana yang merasa tidak mampu, tidak ingin dan belum waktunya untuk punya anak, tolong ya, jangan coba-coba memproduksi anak. Kalian aja banyak yang masih anak-anak.
Ok, kembali ke topik. Ini bukan hanya masalah kriminal biasa, tapi juga masalah pendidikan, masalah akhlak yang sudah hilang entah kemana. Dimana nilai-nilai moral dan agama yang mereka terima sedari kecil itu? Ditinggalkan di sudut gudangkah atau memang mereka tidak pernah menerimanya? Rasa malu yang seharusnya jadi perisai sudah banyak ditanggalkan, tak ada lagi rasa diperhatikan Tuhan. Membuang janin karena takut malu? Bohong! Lalu kemarin-kemarin kenapa tak ingat malu, kenapa tak dipikirkan dulu?
Hal-hal seperti ini membuat saya semakin sadar beratnya tugas dan tanggung jawab orangtua. Apalagi di jaman yang serba cepat seperti sekarang, dimana anak kecil yang makannya masih acak-acakan pun sudah bisa mengakses informasi dengan bebas, dimana orang tua banyak yang asik sendiri dengan gadgetnya dibanding menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib anaknya, dimana belajar agama dianggap cukup dari hasil googling semata, itupun besoknya sudah lupa. Mendidik anak dianggap sama dengan menyekolahkannya semata, itupun gurunya dilarang menghukum anak, dilarang ini, dilarang itu. Jaman dimana dosa dianggap biasa dan berbuat benar dianggap sok. Kan (nggak) lucu.
Aah.. ini harusnya menjadi peringatan keras untuk kita. Peringatan untuk menengok kembali nilai-nilai yang sudah banyak kita tinggalkan. Peringatan untuk menjaga dan mendidik generasi yang akan datang. Peringatan untuk menengok sekitar yang mungkin perlu diluruskan. Peringatan bahwa mungkin saja mereka itu adalah diri kita sendiri.
Sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2016/06/05/18291171/jasad.janin.bayi.ditemukan.di.pengelolaan.limbah.pejaten.village?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar