#30HariMenulis Hari ke-12
Seventeeeeennn……. Yup!
Hal mari manheundae…
Jeongriga jal andwae
Dowajwo S.O.S
(1, 2, 3, 4)
#nyanyi
Hari ini temanya usia terbaik ya? Mh... Sebenernya saya nggak pernah mikirin kapan usia terbaik yang
pernah saya lewati. Setiap masa punya cerita, kan? Tapi untuk tema hari ini saya putuskan seventeen aja. Bukan
karena saya sedang tergila-gila sama boyband Seventeen yang anggotanya
udah kayak anak sendiri ya. Mau gimana lagi, momennya pas. Kita nggak bisa
melawan takdir, kan? #apasih
Seventeen. Orang bilang usia tujuh belas itu manis,
tapi buat saya rasanya manis asem asin pahit pedes dan kadang hambar. Di usia tujuh belas, saya pertama kali
punya KTP (semua WNI juga sama kali). Bermodal KTP baru dan ijazah yang masih segar, mimpi yang sempat saya ucapkan waktu kelas satu esde terkabul juga. Hijrah dan belajar di kota itu, dan memulai semuanya dari awal sendiri. Bepergian jauh sendiri, ngurus semuanya sendiri, hidup sendiri, tapi juga nggak benar-benar sendiri. It was so much fun back then. Di usia tujuh belas, saya jatuh cinta pada banyak hal, pada banyak orang. Bukan cinta pertama, tapi tetap saja cinta. Saya pindah aliran dari Mandarin ke Korea, dari Vic Zhou ke Kim Heechul, dari putih abu ke warna warni.
Meskipun begitu, hidup nggak lengkap tanpa cerita pahitnya.
Sejak awal, saya adalah orang yang paling menghindari koflik, sebisa mungkin
ada di titik netral. Mau kesel, sedih, selama orang lain nggak punya masalah sama
saya, maka it’s okay lah, aman. Tahan, Di. Tahan. Cuek aja, pura-pura ga
ada masalah aja. Maunya sih gitu. Padahal mah saya kayak gitu
juga nggak jadi bahagia-bahagia amat. Berasa fake banget ga sih hidup gue? #tsah. Dan... Jreng jreng!!! Di usia tujuh belas, saya akhirnya merasakan
gesekan-gesekan yang selalu saya coba hindari. Mulai dari sahabat yang tiba-tiba berubah sikap gara-gara dia merasa saya kurang terbuka (yang ini saya gak kurang yakin sih, ingatan saya agak terganggu #eh), sampai masalah politik yang memecah belah otak saya. Di usia
tujuh belas, saya yang biasa jalan kaki dalam jarak yang normal harus naik
level jadi dalan kaki bolak-balik nanjak-mudun tinggi, tinggi sekali. Melelahkan,
tapi bayarannya setimpal. Saya lebih dekat ke langit dan mungkin karena itu jugalah berat badan saya selalu stabil. Dulu.
Angka tujuh belas. Dia memang sudah terlewat, tapi masih tetap hidup di suatu tempat dalam jiwa, dalam pikiran. Sesekali dia menampakkan diri, walau masanya takkan lagi kembali.
Untuk yang masih muda, merasa muda, dan rindu masa muda. Neo Yeppeuda! You're so pretty!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar