#30HariMenulis
-Keenam-
Dalam keramaian kelas yang ditinggal gurunya, dua orang anak perempuan berseragam putih-merah duduk bersama. Mereka asik mencipta lirik dalam bahasa India sekenanya. Sekenanya, karena 'lirik' yang dimaksud hanya berupa kumpulan dari kata-kata yang pernah mereka dengar selintas, beberapa diantaranya malah kata yang mereka ciptakan sendiri. Tak peduli benar atau salah, yang penting pas dengan musiknya. Musik yang entah mereka dengar dari mana, mungkin dari salah satu film India yang pernah mereka tonton bersama. Maklum, waktu itu hampir tiap hari stasiun televisi menayangkan film dari negeri Shahrukh Khan, jauh sebelum Shahrukh Khan seterkenal sekarang.
Masa itu, sudah jadi kebiasaan dua anak perempuan bertubuh mungil untuk menghabiskan waktu istirahat yang cukup panjang di rumah salah satu teman mereka. Hari ini di rumah A, besok ke rumah B, besoknya ke rumah ibu yang jualan cilok C, besoknya lagi ibu yang jualan cilok D, begitulah seterusnya. Anak perempuan sekelas ngariung sekedar menghabiskan cemilan sambil nonton film balas dendamnya Mithun atau Amitabh Bachchan. Kenapa harus Mithun yang disebut? Karena anak yang rumahnya paling sering dijajah geng sekelas itu ngefans berat sama Mithun. Kenapa Amitabh Bachchan? Karena waktu itu Opa Bachchan belum terlihat sekeren sekarang #plak.
Belasan tahun kemudian, salah satu dari anak mungil itu sedang duduk sambil senyum-senyum sendiri mengingat masa lalunya yang kelam. Tunggu tunggu, ini kan ceritanya soal tanggal, apa hubungannya sama dua anak itu? Sebenernya sih nggak ada. Kalaupun mau disambung-sambungin, benang merahnya cuma satu kata, Fur Elise. Yup, benar sekali. Melodi yang dijadikan lagu India abal-abal oleh kedua anak perempuan itu ternyata berasal dari salah satu karya Beethoven yang paling terkenal. Menurut historychannel.com, Fur Elise selesai digubah pada 27 April 1810, hampir dua abad sebelum anak-anak itu lahir ke dunia. Kebetulan, salah satu anak itu juga lahirnya tanggal 27 April. Artinya, Fur Elise merupakan lagu klasik pertama yang dikenal oleh anak tersebut. Wow, wow, wow. Kebetulan yang nggak penting banget kan? Mungkin anak itu punya insting yang cukup kuat, karena sampai umurnya yang tak lagi remaja pun dia masih sering jatuh cinta dengan angka 27, jatuh cinta pada semua yang berkaitan dengan tanggal 27 April. Jika dia tahu seseorang yang lahir pada tanggal yang sama, maka dalam hati dia akan langsung berkata, 'Tanggal lahir kita sama, waaaah... jangan-jangan kita kembar yang tertukar(?)'. Bahkan pernah suatu kali dia sekelas dengan dua orang yang tanggal lahirnya sama, tapi masing-masing terpaut satu tahun. Kedua temannya itu kadang dia sebut sebagai kakak pertama dan kakak kedua. Jadi bisa dibayangkan, saat dia tahu bahwa dia mungkin lahir di tanggal yang sama dengan lagu klasik pertama yang dia dengar, lebaynya macam apa.
Mendengarkan Fur Elise, bagi anak itu adalah mendengarkan kenangan dari belasan tahun silam, ketika mereka masih jadi sepasang anak mungil yang senang memetik bunga dan menaburkannya ke sungai, ketika mereka memiliki bahasa yang sama, bahasa imajinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar