Beberapa hari ini media sosial ramai dengan pemberitaan mengenai nyentriknya salah satu menteri yang baru saja dipilih. Pasalnya, ibu menteri tersebut tampak dengan santainya merokok sambil meladeni para awak media yang mewawancarainya tepat setelah pengumuman pengangkatannya, ditambah lagi fakta tentang tato yang menghiasi kulit sang ibu menteri, dan tak ketinggalan riwayat pendidikan dan pernikahan beliau. Banyak yang kontra melihat fakta-fakta tersebut, namun tak sedikit pula yang pro, dengan alasan yang penting kerjanya, yang penting gak korupsi, karena beliau pengusaha sukses, itu hak pribadi, serta alasan lainnya yang, sudahlah, orang-orang di negeri ini sudah sangat pintar membuat pembenaran yang belum tentu benar. Disini saya tidak akan membicarakan semua hal tersebut, karena fokus saya dari awal memang tentang rokoknya.
Lalu termasuk golongan manakah saya? Tentu saya termasuk yang kontra. Rokok adalah musuh saya sejak lama, terlepas dari siapapun yang menghisapnya. Saya sama sekali tidak membenci ibu menteri, hanya saja sebagai warga negara kita juga punya kewajiban untuk mengingatkan para pejabat pemerintahan jika memang ada yang salah, bukan? Penghinaan dan cacian memang jelas tidak boleh, tapi mengingatkan dan mengritik, selama masih dalam koridor yang benar dan dengan cara yang baik saya rasa sah-sah saja, toh ini demi kebaikan beliau dan semua pihak kedepannya juga. Apalagi beliau sekarang sudah menjadi pejabat pemerintahan, menjadi publik figur yang harusnya bisa dijadikan panutan yang benar bagi rakyat, bukan sebaliknya. Bagi yang masih menganggap hal tersebut adalah kebebasan pribadi, tolong sekali lagi catat bahwa beliau adalah seorang menteri, bukan rakyat biasa, dan itu dilakukan di hadapan wartawan pula. Menjaga etika dan moral dengan lebih hati-hati adalah tanggung jawab dan resiko yang harusnya sudah dipikirkan sebelum mengemban amanat tersebut. Dalam hal ini, jangan samakan beliau dengan kita orang biasa. Bahkan sebagai orang biasa pun kita tidak memiliki hak untuk mengganggu hak dan hidup orang lain (baca: merokok di hadapan orang lain).
Hadeuh, suka kebawa emosi kalo udah ngomongin rokok.
Bicara mengenai rokok, saya sebenarnya sudah malas menanggapi berbagai macam pembenaran dari mereka. Bisa dibilang bahwa mengingatkan mereka pada akhirnya hanya akan menimbulkan debat kusir, melelahkan dan tidak ada ujungnya. Walaupun ada juga yang sadar, tapi tetap saja tak bisa berhenti. Tapi ini adalah topik yang tidak boleh diremehkan dan saya rasa saya tidak bisa berhenti bicara mengenai rokok dan bahayanya.
Rokok, tampaknya begitu almighty, sampai-sampai orang yang sudah mengenalnya sulit terlepas dari jeratannya. Bukan hanya itu, bahkan pemikiran para pecandunya pun begitu mudah teracuni hingga melupakan sekeliling. Mereka mungkin merasa paling sehat, paling berkuasa, paling keren saat merokok. Sombongnya. Iya, sombong. Coba lihat, mana ada orang merokok sambil menunduk? Semua menengadahlan kepalanya ke atas dan burrrr, asap tak menyenangkan itu pun menyebar dengan bebasnya, bukan pada sang perokok, tapi pada orang-orang di sekitarnya. Apakah mereka peduli? Sati dua mungkin ada, tapi sebagian besar tidak.
Merokok memang hak. Uang uang Anda, badan badan Anda. Tapi setidaknya tolong lakukanlah saat sendiri tanpa mencemari kami. Tidak ada tempat yang lebih baik dalam merokok. Merokok di rumah maka Anda akan mencemari keluarga yang disayangi. Merokok di luar atau bahkan seenaknya di tempat umum maka Anda mendzalimi orang-orang yang bahkan mungkin tidak Anda kenal sama sekali. Apa salah mereka? Apa salah kami?
Jika memang para perokok itu merasa kaya, merasa sangat sehat, merasa banyak diuntungkan dengan adanya pabrik rokok, maka saya akan bertanya pada mereka, senangkah kalian mencium asap rokok kalian sendiri? Maukah kalian mengganti setiap pakaian kami yang bau asap kalian? Maukah kalian mengganti semua biaya, waktu dan kecemasan kami akibat penyakit yang kalian timbulkan? Apa kalian bersedia mencoba menggantikan posisi kami? Dilema, kesal, pengap, kebauan, bahkan menjadi penyakitan. Berani kalian mencobanya?
Bahkan sebagian mereka para perokok itu jika kami ingatkan agar tidak merokok di tempat umum malah balik memarahi dan menyuruh kami untuk pergi saja jika merasa terganggu. Itu tempat umum, bahkan angkutan umum, kami juga punya hak, kami juga bayar! Kenapa hanya kami yang jaris mengalah? Padahal jumlah kami lebih banyak, dan diantara kami ada anak-anak yamg masih rapuh dan denhan mudah mencontoh perilaku orang dewasa.
Penyakit, kelainan, apapun itu, siapapun yang mengidapnya, semua memang takdir, tapi sebagian besar adalah takdir yang bisa diusahakan. Kita tidak bisa menyalahkan takdir, tapi tentunya kita juga harus berusaha melindungi diri kita, kan? Rokok mungkin bukan satu-satunya penyebab penyakit, kelainan, bahkan kematian, tapi memblokir salah satu jalan datangnya semua itu sama sekali tidak ada ruginya, kan? Bukan hanya penyakit fisik, tapi rokok juga dapat menyebabkan penyakit hati. Bayangkan berapa banyak orang yang menahan kesal karena ada yang merokok seenaknya, dan celakanya para perokok tidak pernah sadar hal itu, selalu kami yang tidak merokok yang harus merasa tidak enak bahkan untuk sekedar mengingatkan, hanya karena apa yang mereka sebut 'privasi'. Mereka mungkin lupa bahwa kami juga punya privasi, yang sudah mereka ganggu. Stres, dilema, emosi. Bukankah semua itu akibat buruk yang kami rasakan? Akibatnya bagi perokok aktif? Saya rasa semua perokok sudah tahu, tapi toh mereka tetap tak peduli juga, kan? Tidak masalah, itu pilihan mereka. Kami tak akan peduli. Iya, kami lupa bahwa pada dirinya sendiri pun mereka tak peduli, bagaimana pada orang lain? Pada kami?
Kembali lagi ke ibu menteri, meskipun menurut saya yang awam ini latar belakang dan attitudenya kurang meyakinkan tapi faktanya beliau sudah terpilih. Sekarang kita hanya bisa berharap beliau tidak akan melakukan tindakan serupa lagi, baik di depan atau di belakang wartawan, dan semoga beliau dapat membuktikan kinerjanya, seperti yang dielu-elukan oleh pendukungnya.
Rabu, 29 Oktober 2014
Minggu, 26 Oktober 2014
tanpa cahaya
Jika tak ada cahaya, apalah arti warna.
Jika tak ada cahaya, dunia mungkin akan lebih menakutkan kita.
Jika tak ada cahaya, bagaimana penglihatan itu dapat diartikan?
Jika tak ada cahaya, pastilah aku telah hilang kehabisan nafas.
Karena ada cahaya, aku, kau, kita, bisa saling melempar tawa.
Cahaya, udara, air, banyak sekali hal yang sangat erat dengan kehidupan kita yang sering lupa kita syukuri. Lupa karena mereka terlalu dekat, lupa karena mereka terlalu banyak, lupa karena kita merasa mereka biasa. Padahal sekalinya mereka menghilang walau sebentar saja, maka bukan mustahil kitalah yang selanjutnya menghilang. Heum, jadi agak serem gini. Tapi ini serius lho.
Coba ingat, saat salah satu dari mereka hilang sesaat, semisal mati lampu di tengah malam (seperti saya sekarang), atau kemarau panjang dan sumber air banyak yang kering, atau saat kehausan tapi tak punya minum dan tak ada warung, barulah terasa bahwa ternyata mereka sangat berharga. Dan, semua hal berharga itu bisa kita dapatkan denan mudah bahkan cuma-cuma. Kurang baik apa Tuhan sama kita coba? Apalagi kalau ingat bahwa tak semua orang semujur kita. Diluar sana masih banyak orang yang 'terbiasa' kekurangan air, tidak bisa melihat cahaya, dan bahkan tak bisa hidup tanpa alat bantu.
Ya, itulah manusia, lagi-lagi lupa jika tak selalu diingatkan. Itulah manusia, itulah saya. Tapi, selain karena terlalu dekat, kadang kita juga lupa bersyukur karena mereka terlalu jauh. Ya, karena selalu merasa kurang, merasa tak memiliki, kadang kita juga lupa mensyukuri apa yang ada yang telah diberikan. Kita sering terlalu sibuk mengeluh dan berpikir tentang apa yang tak kita miliki, tanpa mengingat apa yang kita miliki selama ini, tanpa melihat makna dibalik semuanya.
Mati listrik malam ini benar-benar menyentil saya. Saya yang beberapa hari ini mengeluh sakit ini sakit itu, padahal tak seberapa. Lihat saja, sekalinya mati lampu langsung sesak napas dan takut orang jahat. Selama lampu aman ngapain aja? Sudahlah, mudah-mudahan sebentar lagi listrik kembali menyala, saya bisa move on dan tak lupa lagi untuk bersukur, tapi lupa untuk mengeluh. Selamat malam separuh dunia...
Jika tak ada cahaya, dunia mungkin akan lebih menakutkan kita.
Jika tak ada cahaya, bagaimana penglihatan itu dapat diartikan?
Jika tak ada cahaya, pastilah aku telah hilang kehabisan nafas.
Karena ada cahaya, aku, kau, kita, bisa saling melempar tawa.
Cahaya, udara, air, banyak sekali hal yang sangat erat dengan kehidupan kita yang sering lupa kita syukuri. Lupa karena mereka terlalu dekat, lupa karena mereka terlalu banyak, lupa karena kita merasa mereka biasa. Padahal sekalinya mereka menghilang walau sebentar saja, maka bukan mustahil kitalah yang selanjutnya menghilang. Heum, jadi agak serem gini. Tapi ini serius lho.
Coba ingat, saat salah satu dari mereka hilang sesaat, semisal mati lampu di tengah malam (seperti saya sekarang), atau kemarau panjang dan sumber air banyak yang kering, atau saat kehausan tapi tak punya minum dan tak ada warung, barulah terasa bahwa ternyata mereka sangat berharga. Dan, semua hal berharga itu bisa kita dapatkan denan mudah bahkan cuma-cuma. Kurang baik apa Tuhan sama kita coba? Apalagi kalau ingat bahwa tak semua orang semujur kita. Diluar sana masih banyak orang yang 'terbiasa' kekurangan air, tidak bisa melihat cahaya, dan bahkan tak bisa hidup tanpa alat bantu.
Ya, itulah manusia, lagi-lagi lupa jika tak selalu diingatkan. Itulah manusia, itulah saya. Tapi, selain karena terlalu dekat, kadang kita juga lupa bersyukur karena mereka terlalu jauh. Ya, karena selalu merasa kurang, merasa tak memiliki, kadang kita juga lupa mensyukuri apa yang ada yang telah diberikan. Kita sering terlalu sibuk mengeluh dan berpikir tentang apa yang tak kita miliki, tanpa mengingat apa yang kita miliki selama ini, tanpa melihat makna dibalik semuanya.
Mati listrik malam ini benar-benar menyentil saya. Saya yang beberapa hari ini mengeluh sakit ini sakit itu, padahal tak seberapa. Lihat saja, sekalinya mati lampu langsung sesak napas dan takut orang jahat. Selama lampu aman ngapain aja? Sudahlah, mudah-mudahan sebentar lagi listrik kembali menyala, saya bisa move on dan tak lupa lagi untuk bersukur, tapi lupa untuk mengeluh. Selamat malam separuh dunia...
Selasa, 21 Oktober 2014
Fiction and Fact, and I.
Fiction and Fact. Udah lama pengen bikin postingan soal ini tapi ga pernah jadi. Hoho. Meumpeung semalem uri Beast baru aja meluncurkan mini album terbarunya dan mereka juga baru ulang tahun yang ke-5, jadi kayaknya saya harus nyoba nulis sekalian curhat lagi, siapa tau jadi.
Kenapa Beast? Karena judul Fiction and Fact memang saya ambil dari judul album pertamanya mereka, dan album itulah yang membuat saya akhirnya jatuh cinta sama Beast sampai sekarang. Fiction and Fact rilis tahun 2011, dua tahun setelah keenam personilnya debut pada oktober 2009. Saya sendiri mulai kena demam kpop sejak 2008, sebelum mereka debut. So, kemana aja saya sejak mereka debut sampai saat itu tiba? Mungkin jawabannya adalah saya lari dari mereka. Wae? Jadi gini ceritanya..
Jauh sebelum kenal kpop, saya adalah penganut aliran mandarinan yang ngefans banget sama om-om eh abang-abang F4 (sekarang JVKV) dan kawan-kawannya. Sejak mereka tiba-tiba booming di awal tahun 2000an sampai mereka udah ga hits lagi pun saya masih tetap setia, apalagi dulu drama mandarin juga banyak tayang di TV nasional (dan lama-lama menghilang lang lang). Pertengahan tahun 2008, melalui virus yang disebarkan oleh tersangka Suci alias Uchie, my partner in crime, kkekke.. akhirnya dengan resmi saya punya idola kpop pertama yaitu Kim Heechul. Ha. Ha. Ha. Padahal sebelumnya sempet ga suka sama Super Junior gara-gara nonton MV Don't Don yang sama sekali 'gak manis'. Untunglah Uchie kemudian menunjukkan bahwa mereka adalah saudara DBSK yang manis melalui MV haengbok (Chie itu fansnya DBSK, tapi saya gak ketularan walaupun sempet naksir Jaejoong dan beberapa lagunya emang enakeun), ditambah video-video absurdnya Heechul yang selalu jadi bahan pergunjingan kita. Heechul kayak cewek lah, aneh lah, apalah, berbanding terbalik sama Kibum yang manis dan mempesona (karena dia juga suka Kibum). Awalnya saya sih iya iya aja, padahal dalam hati mah, huaaaa Heechuuul.... saranghae... Yah, butuh waktu untuk mengakui bahwa saya memilih Kim Heechul sebagai calon suami #plak, sampai akhirnya seluruh dunia selalu mengaitkan saya dengan orang aneh itu. Hiii.
Setelah DBSK dan Suju, Uchie lalu mengenalkan saya pada adik baru mereka, SHINee. Tipenya ga jauh-jauh dari suju, manis dan bisa saya terima, okelah. Sampai akhirnya saya dibuat tergila-gila oleh Lucifer (yang sebenarnya bukan tipe saya) dan Onew. Ya. Penampilannya di Lucifer membuat saya jatuh cinta. Suaranya? sampai sekarang pun tiap kali mendenagr suaranya saya selalu jatuh cinta. Suaranya juara lah.
Selama dia tahun ngestalk Suju (Heechul) dan setahun berikutnya fokus ke Shinee (Onew), tentu saya ijuga kenalan sama yang lain. Bigbang, 2pm, mblaq, snsd, f(x) dan kawan-kawannya termasuk Beast. Tapi mereka tidak bisa masuk ke hati saya #tsah. Saya memang menikmati beberapa karya mereka walaupun ada juga boyband/girlband yang benar-benar tidak bisa saya terima sampai sekarang, mian. Beast waktu itu termasuk yang tidak bisa saya terima. Alasannya simpel, saya ga suka MV Shock, dan itu pertama kali saya kenal mereka. Kejadiannya agak mirip kasus Suju sih, hiii. First impression itu penting banget. Jadi, selama beberapa tahun saya punya satu folder yang isinya lagu Beast dari mini album Shock, lagi-lagi sepertinya ngopi dari Uchie. Tapi hampir selama itu pula ga pernah saya buka, cuma jadi koleksi aja. Entah bagaimana ceritanya saya bisa dengerin lagu Shock (tanpa MV) dan ternyata enakeun, asik didenger. Tapi yaudah cuma satu lagu itu aja, yang lainnya mah tetep didiemin. Hehe. Peaceee.
Lalu kenapa saya bisa tiba-tiba pindah haluan dan mau kenalan sama mereka? Salahkan Koreanindo. Heu... Saya termasuk sering buka KI dan waktu itu Beast baru merilis Fiction and Fact. Beberapa kali sempet liat berita tentang mereka, tapi saya sama sekali gak tertarik. Tspi berhubung headernya KI waktu itu foto Beast di album Fiction and Fact, dan itu dipajang cukup lama, cukup untuk membuat saya agak kesel sampai akhirnya penasaran, emang kayak gimana sih Beast Fiction and Fact tuh ampe segitu lamanya mengganggu pandangan saya? Penasaran, saya cek lah ke yutub MV Fiction, dan ternyata... Huaaaaaaa...... Kereeeennn. Lagunya bikin kecanduan.... Kemudian cek live performnya... Kyaaa... oh... iya sih pantes aja sukses albumnya, emang bagus kok. Banget malah. Dan entah kenapa akhirnya The Fact jadi salah salah satu lagu yang paling saya suka sepanjang masa. Cieee.
Nah dari sanalah saya mulai cari lagu-lagu mereka yang lain yang selama ini sudah saya lewatkan. Hasilnya... Bagus-baaguuuss. Mereka ternyata gak segarang di-Shock, atau se-kekar 2pm, keren dan pas aja liatnya. Lagu-lagunya juga catchy padahal bukan tipe saya waktu itu. Special sama Mystery yang asik didenger plus dancenya mereka yang menurut saya lebih keren dibanding Suju dan kawan2 (mian,oppadeul) juga membuat saya kecanduan walaupun secara visual mah jauh, gaya mereka pas di awal-awal debut juga masib kurang. Penampilan mereka mulai kelihatan mendingan setelah saya nemu Soom/Breath sama I Like You The Best. Kalo pas di Fiction sama The Fact mah ga usah ditanya, mereka udah beneran keren. Yah, biarpun yang ganteng cuma Son Dongwoon aja. Hiks. Dan saya pun ga tertarik sama dia karena dia ganteng. Ini amazing, buat saya yang termasuk PPT alias penyuka pria tampan, bisa tergila-gila sama Beast. Saya aja awalnya heran kenapa Yoon Dujun sangat terkenal dan digilai wanita disana. Tapi ya itulah, musik dan performance merekalah yang pada akhirnya membuat saya berpaling dan setia sampai sekarang. Dari lagu-lagunya Shinsadong Tiger sampai Good Livenya Junhyung, dari lagu macam Shock sampe yamg melow semacam No More, dari mini album pertama sampai Time yang paling baru, I just love it. Gomawo uri namjadeul, untuk kerja keras kalian, untuk semua karya kalian, untik suara dan penampilan kalian, untuk semuanya. Saranghae, Beast. Bikan hanya satu orang, tapi kalian berenam semuanya istimewa. Kalian seleraku dan ini bukan iklan. Selamat ulang tahun dan... Good Luck! ^^
Kenapa Beast? Karena judul Fiction and Fact memang saya ambil dari judul album pertamanya mereka, dan album itulah yang membuat saya akhirnya jatuh cinta sama Beast sampai sekarang. Fiction and Fact rilis tahun 2011, dua tahun setelah keenam personilnya debut pada oktober 2009. Saya sendiri mulai kena demam kpop sejak 2008, sebelum mereka debut. So, kemana aja saya sejak mereka debut sampai saat itu tiba? Mungkin jawabannya adalah saya lari dari mereka. Wae? Jadi gini ceritanya..
Jauh sebelum kenal kpop, saya adalah penganut aliran mandarinan yang ngefans banget sama om-om eh abang-abang F4 (sekarang JVKV) dan kawan-kawannya. Sejak mereka tiba-tiba booming di awal tahun 2000an sampai mereka udah ga hits lagi pun saya masih tetap setia, apalagi dulu drama mandarin juga banyak tayang di TV nasional (dan lama-lama menghilang lang lang). Pertengahan tahun 2008, melalui virus yang disebarkan oleh tersangka Suci alias Uchie, my partner in crime, kkekke.. akhirnya dengan resmi saya punya idola kpop pertama yaitu Kim Heechul. Ha. Ha. Ha. Padahal sebelumnya sempet ga suka sama Super Junior gara-gara nonton MV Don't Don yang sama sekali 'gak manis'. Untunglah Uchie kemudian menunjukkan bahwa mereka adalah saudara DBSK yang manis melalui MV haengbok (Chie itu fansnya DBSK, tapi saya gak ketularan walaupun sempet naksir Jaejoong dan beberapa lagunya emang enakeun), ditambah video-video absurdnya Heechul yang selalu jadi bahan pergunjingan kita. Heechul kayak cewek lah, aneh lah, apalah, berbanding terbalik sama Kibum yang manis dan mempesona (karena dia juga suka Kibum). Awalnya saya sih iya iya aja, padahal dalam hati mah, huaaaa Heechuuul.... saranghae... Yah, butuh waktu untuk mengakui bahwa saya memilih Kim Heechul sebagai calon suami #plak, sampai akhirnya seluruh dunia selalu mengaitkan saya dengan orang aneh itu. Hiii.
Setelah DBSK dan Suju, Uchie lalu mengenalkan saya pada adik baru mereka, SHINee. Tipenya ga jauh-jauh dari suju, manis dan bisa saya terima, okelah. Sampai akhirnya saya dibuat tergila-gila oleh Lucifer (yang sebenarnya bukan tipe saya) dan Onew. Ya. Penampilannya di Lucifer membuat saya jatuh cinta. Suaranya? sampai sekarang pun tiap kali mendenagr suaranya saya selalu jatuh cinta. Suaranya juara lah.
Selama dia tahun ngestalk Suju (Heechul) dan setahun berikutnya fokus ke Shinee (Onew), tentu saya ijuga kenalan sama yang lain. Bigbang, 2pm, mblaq, snsd, f(x) dan kawan-kawannya termasuk Beast. Tapi mereka tidak bisa masuk ke hati saya #tsah. Saya memang menikmati beberapa karya mereka walaupun ada juga boyband/girlband yang benar-benar tidak bisa saya terima sampai sekarang, mian. Beast waktu itu termasuk yang tidak bisa saya terima. Alasannya simpel, saya ga suka MV Shock, dan itu pertama kali saya kenal mereka. Kejadiannya agak mirip kasus Suju sih, hiii. First impression itu penting banget. Jadi, selama beberapa tahun saya punya satu folder yang isinya lagu Beast dari mini album Shock, lagi-lagi sepertinya ngopi dari Uchie. Tapi hampir selama itu pula ga pernah saya buka, cuma jadi koleksi aja. Entah bagaimana ceritanya saya bisa dengerin lagu Shock (tanpa MV) dan ternyata enakeun, asik didenger. Tapi yaudah cuma satu lagu itu aja, yang lainnya mah tetep didiemin. Hehe. Peaceee.
Lalu kenapa saya bisa tiba-tiba pindah haluan dan mau kenalan sama mereka? Salahkan Koreanindo. Heu... Saya termasuk sering buka KI dan waktu itu Beast baru merilis Fiction and Fact. Beberapa kali sempet liat berita tentang mereka, tapi saya sama sekali gak tertarik. Tspi berhubung headernya KI waktu itu foto Beast di album Fiction and Fact, dan itu dipajang cukup lama, cukup untuk membuat saya agak kesel sampai akhirnya penasaran, emang kayak gimana sih Beast Fiction and Fact tuh ampe segitu lamanya mengganggu pandangan saya? Penasaran, saya cek lah ke yutub MV Fiction, dan ternyata... Huaaaaaaa...... Kereeeennn. Lagunya bikin kecanduan.... Kemudian cek live performnya... Kyaaa... oh... iya sih pantes aja sukses albumnya, emang bagus kok. Banget malah. Dan entah kenapa akhirnya The Fact jadi salah salah satu lagu yang paling saya suka sepanjang masa. Cieee.
Nah dari sanalah saya mulai cari lagu-lagu mereka yang lain yang selama ini sudah saya lewatkan. Hasilnya... Bagus-baaguuuss. Mereka ternyata gak segarang di-Shock, atau se-kekar 2pm, keren dan pas aja liatnya. Lagu-lagunya juga catchy padahal bukan tipe saya waktu itu. Special sama Mystery yang asik didenger plus dancenya mereka yang menurut saya lebih keren dibanding Suju dan kawan2 (mian,oppadeul) juga membuat saya kecanduan walaupun secara visual mah jauh, gaya mereka pas di awal-awal debut juga masib kurang. Penampilan mereka mulai kelihatan mendingan setelah saya nemu Soom/Breath sama I Like You The Best. Kalo pas di Fiction sama The Fact mah ga usah ditanya, mereka udah beneran keren. Yah, biarpun yang ganteng cuma Son Dongwoon aja. Hiks. Dan saya pun ga tertarik sama dia karena dia ganteng. Ini amazing, buat saya yang termasuk PPT alias penyuka pria tampan, bisa tergila-gila sama Beast. Saya aja awalnya heran kenapa Yoon Dujun sangat terkenal dan digilai wanita disana. Tapi ya itulah, musik dan performance merekalah yang pada akhirnya membuat saya berpaling dan setia sampai sekarang. Dari lagu-lagunya Shinsadong Tiger sampai Good Livenya Junhyung, dari lagu macam Shock sampe yamg melow semacam No More, dari mini album pertama sampai Time yang paling baru, I just love it. Gomawo uri namjadeul, untuk kerja keras kalian, untuk semua karya kalian, untik suara dan penampilan kalian, untuk semuanya. Saranghae, Beast. Bikan hanya satu orang, tapi kalian berenam semuanya istimewa. Kalian seleraku dan ini bukan iklan. Selamat ulang tahun dan... Good Luck! ^^
Senin, 07 Juli 2014
Skoliosis, sebuah cerita.
Bagi sebagian orang mungkin sudah mengenal istilah skoliosis, walaupun katanya lebih banyak yang belum mengenalnya. Bagi yang suka googling, pengertian skoliosis dapat ditemukan dengan mudah, saya disini tidak akan membahasnya terlalu rinci, intinya sih kelainan pada tulang belakang, dimana tulang belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan berbentuk lurus, maka pada skoliser bentuk tulangnya bengkok membentuk huruf S atau C. Terdengar simpel? Yang jelas itu bukan sesuatu yang menyenangkan.
Cerita dimulai...
"ini rok yang kanan kok naik terus ya kalo dipake?"
Itu adalah pertama kalinya saya mulai menyadari ada yang aneh dengan tubuh saya. Rok. Ketika SMA (seingat saya, mungkin juga sejak SMP) saya suka merasa stres dengan apa yang saya kenakan, maklum namanya juga masa puber, apalagi SD sampai SMA bajunya selalu dimasukkan ke dalam, otomatis bentuk pinggang kita terlihat. Hampir tidak pernah menjahit seragam, saya selalu membeli seragam yang sudah jadi,rok berbentuk span yang selalu berkaret. Setiap hari rok seperti itu yang saya pakai, dan setiap hari pula sambil berkaca saya berpikir apa orang lain juga sama seperti saya? apa ini normal? tapi ya sudahlah, dan acara menarik pinggiran rok sebelah kanan agar turun sedikit pun menjadi kebiasaan. Kelas tiga SMA akhirnya saya punya rok hasil jahitan tukang jahit dekat rumah, dengan pinggang tanpa karet dan ukuran agak lebar (dipakai di bawah pinggang) biar kayak anak gaul gitu, hehe. di satu sisi saya merasa jauh lebih cantik, tapi lama kelamaan tetap saja, bagian kanan akan naik dengan perlahan jika saya tak benar-benar memperhatikannya.
Lama kelamaan, bukan sekedar masalah pakaian, tapi saya juga mulai sering merasa sakit punggung sebelah. Awalnya saya pikir itu mungkin karena saya banyak bekerja dengan tangan kanan, atau salah tidur. Tapi kenapa ga sembuh-sembuh? Bahkan tiap dipijat saya selalu pesan agar punggung kanan saya diberi perhatian khusus karena saking seringnya sakit. Hasilnya? Nihil. Puncaknya adalah ketika saya pindahan dan naik-turun tangga ngangkat (banyak) yang berat-berat. Awalnya yang terasa sakit adalah kaki, tapi alhamdulillah setelah dipijat di tempat langganan dan sering dipakai jalan, penyembuhannya hanya perlu beberapa hari. Masalah besarnya baru muncul beberapa saat setelahnya, dimana punggung saya yang sering terasa sakit tiba-tiba sakitnya tak tertahankan. Tidur sakit, duduk sakit, berjalan pun sama. Sakitnya jauh lebih dahsyat dibanding biasanya. Sehari-dua hari, seminggu-dua minggu sampai hampir sebulan mungkin saya diamkan, karena tadinya saya pikir akan sembuh dengan sendirinya, tentu saja ditambah bantuan pijat (lagi-lagi). Tepat ketika saya memutuskan untuk pergi ke dokter, rasa sakitnya mulai reda alhasil niat itupun saya batalkan.
Sejak 2-3 tahun lalu sebenarnya saya sudah sering googling mengenai masalah nyeri punggung, sampai akhirnya menemukan istilah skoliosis. Curiga? Ya. Saya jadi ingat dengan bentuk tubuh saya yang sering mengganggu pikiran. Pernah saya bertanya pada seorang teman, bagaimana punggung saya tampak sari belakang, bagaimana ketika saya sedang ruku, tapi jawabannya biasa saja. Saya sedikit lega, tapi tidak percaya begitu saja, karena meskipun saya tidak dapat melihat punggung sendiri, perasaan aneh itu selalu saja menghantui. Ditambah lagi kenyataan rok yang tadi dan bentuk pinggang yang asimetris, yang awalnya saya anggap sebagai gemuk sebelah. Konyol, bukan? Sejak saat itu sering terbersit dalam pikiran saya untuk mendatangi dokter orthopedi, tapi tak pernah saya lakukan.
Akhirnya sebulan yang lalu, tepatnya beberapa minggu setelah sakit dahsyat itu reda, saya putuskan untuk menemui dokter orthopedi. Akan tetapi, setelah mencari informasi mengenai dokter spesialis tersebut di kota saya, orang-orang terdekat malah menawarkan untuk pergi ke dokter lain, langganan keluarga, yang (katanya) dokter tulang juga walaupun setahu saya yang spesialis orthopedi di kota saya cuma satu, yang tempat prakteknya belum saya ketahui. Dasar ga sabaran, pergilah saya ke dokter tersebut dengan keluhan sakit punggung, sudah lama. Disana saya diberi treatment dengan (entah alat apa namanya) diberi panas, gel, dan sebagainya yang semuanya saya rasa untuk otot. Ongkosnya cukup mahal, mungkin karena alat-alat tadi. Diagnosisnya? Masalah otot, jika tak kunjung sembuh silakan datang lagi untuk dirontgen. Tapi kok rasanya kurang yakin dengan diagnosis tersebut ya, saya masih ingin kroscek ke dokter orthpedi. Titik.
Seminggu kemudian, ketika obat dari dokter tadi sudah habis, nyeri di punggung tak kunjung hilang, dan akhirnya alamat dr.Sunaryo (spesialis orthopedi) pun telah saya dapatkan, berangkatlah saya dengan hati riang dan was-was. Riang karena "akhirnya ketemu juga ini dokter", sekaligus was-was jika kecurigaan saya selama ini benar. Ungkapan segala sesuatu harus diserahkan pada ahlinya memang benar. Kunjungan pertama, saya diperiksa hanya dengan disuruh berbaring, angkat kaki, putar-putar badan (pokoknya begitulah), simpel sekali. Setelah itu saya langsung diberi surat pengantar untuk rontgen. Keesokan harinya saya datang dengan hasil rontgen di tangan. Sudah saya lihat sebenarnya, dan tidak indah, semakin menguatkan dugaan, dan benar saja, ketika dokter melihatnya, taraaaa... skoliosis. Awalnya beliau hanya mengira baru sepuluh derajat, tapi setelah diukur ternyata sudah lima belas. Hm... Meskipun tidak terlalu parah, tapi tetap saja mengganggu. Sakit punggung? Ya gara-gara skoliosis itu. Syok rasanya, meskipun ini sudah saya duga sejak lama, tapi tetap saja ini menjadi kejutan saat dipastikan, apalagi melihat hasil rontgent yang..... ah sudahlah. Kunjungan ketiga saya tiga minggu setelahnya tidak begitu banyak berarti, hanya konsultasi ringan saja, mengenai perkembangan terapi (yang memang belum sempat saya lakukan) serta saran untuk menggunakan brace. Mungkin suatu saat nanti ketika saya sudah siap dengan uangnya, haha, brace itu cukup mahal saudara-saudara, dan jujur saja itu masih belum menjadi prioritas utama saya. Pun dengan korset untuk skolioser, kata dokter itu tak membantu untuk mengoreksi, ditambah saya adalah orang yang mudah bosan menggunakan sesuatu, walaupun itu penting. Nyeri punggung? Sudah tak usah dipermasalahkan, selama tulang-tulang ini belum dikoreksi, nyeri itu akan tetap ada.
Sejak saat itu saya makin suka melihat punggung orang yang normal, cantik sekali. Mereka harusnya bersyukur karena tak setiap orang memiliki punggung yang indah seperti itu. Ingin rasanya memiliki punggung seperti itu, tanpa perasaan berbeda, tanpa ketidaknyaman bercermin dan berpakaian, tanpa rasa sakit, dan tanpa kekhawatiran berlebih. Akan tetapi banyak yang masih beranggapan bahwa kelainan pada tulang belakang seperti skoliosis ini terjadi akibat kesalahan kita dalam beraktivitas, misalnya salah posisi duduk, terlalu sering membawa barang berat dan bertumpu hanya pada satu sisi saja. tidak sepenuhnya salah memang, tapi kenyataannya banyak kasus skoliosis terjadi karena bawaan lahir, seperi saya ini, hehe. Jadi ketika mendengar ada orang yang 'normal' yang bangga karena merasa selalu menjaga posisi tubuhnya sehingga dia tidak mengalami skoliosis, agak bete juga sih. Kami para skolioser juga tidak ada yang menginginkan bentuk tubuh seperti ini, bahkan jika kami melakukan semua posisi dengan sempurna pun kami tidak mungkin bisa menolak kenyataan ini, karena kami memang terlahir seperti ini.
Terlahir berbeda bukanlah sesuatu yang bisa kita pilih, bukan pula atas kehendak manusia manapun. Berbeda, mungkin salah satu cara Tuhan menunjukkan kasih sayangnya, membuat kita sadar betapa berharganya kehidupan dan diri kita.Menyadari bahwa kita berbeda, mungkin bukan hal yang mudah bagi sebagian kita, awalnya selalu menyakitkan, tapi apa guna berkeluh kesah, memang itu adanya. Memiliki perbedaan bukanlah kemalangan. Lihatlah disana, orang-orang yang berbeda berdiri dengan hati yang tegak menatap dunia. Mereka hidup dan berbahagia. Mereka, yang kadang kita anggap lebih malang daripada kita. Apa sulitnya sehari-dua hari, setahun-dua tahun belajar membiasakan diri? toh kita masih bisa berdiri dan menghirup oksigen dengan bebas, kaki-kaki yang menopang pun masih bisa merasakan tekstur tanah yang basah. Menangis, menangislah dalam diam, toh tak ada larangan bagi kita. tapi di luar, bergembiralah! bergembira dengan sesama, beri tahu dunia betapa beruntungnya mereka. bergembiralah dengan mereka yang berbeda, para pejuang tangguh yang selalu bisa mewarnai dunia dengan senyuman.Skoliosis mengubah hidup saya. Ada kalanya saya merasa tidak cantik dengan bentuk ini, ada kalanya saya merasa bingung dengan gaya hidup yang harus saya jalani saat ini, ada kalanya saya meuat rasa lelah seperti ini. Tapi semua ini juga membuat saya lebih besyukur, bersyukur masih bisa berdiri dengan kaki ini, bersyukur karena masih banyak hal yang saya punya yang belum tentu orang lain miliki. Ini mungkin hanya ujian kecil, karena Tuhan pasti telah memberi kita bentuk paling sempurna, karena Dia mencintai kita.
Langganan:
Postingan (Atom)